Membaca Buku Lagi: Melogika Rasa

Membaca buku lagi setelah sekian lama belum menyempatkan diri.

Aku ingat sekali pada saat SD aku selalu sembunyi di dalam lemari buku atau di bawah meja perpustakaan untuk berlindung dari para the bullies. 

Sambil menahan tangis, aku memeluk erat sebuah buku. Memastikan mereka tidak menemukanku, bahkan tidak mendengar nafasku. Setelah mereka pergi, aku membaca buku itu sampai waktu istirahat habis. 

Di SD ku adanya lonceng besi pipih bulat dengan lubang di tengahnya. Mirip donat tapi pinggirannya agak kotak, bukan silinder. Biasanya dipukuk dengan batang besi yang tidak kalah berkarat oleh guru yang sedang piket atau guru mana saja yang sedang lewat di depan kantor kepala sekolah karena memang di situ di gantungnya.

Kok tidak menghabiskan waktu di kantin? Jawabannya singkat dan sederhana karena saat itu aku tidak diberi uang saku untuk dihabiskan. Hmm... Jadilah berteman dengan suara merdu krucuk-krucuk perut adalah rutinitasku setiap hari di waktu istirahat. Kalau beruntung dibawakan bekal, sudah sangat bersyukur isinya Indomie berbentuk kotak dan dingin menyatu dengan nasi sesuai bentuk kotak bekal.

____

Oiya buku apa yang sedang kubaca sekarang? Judulnya "Melogika Rasa" karya Rosyiid Gede Prabowo yang aku beli di toko buku online milik Penerbit Mizan, dan ternyata penerbit buku ini malah Bentang Pustaka. 

Sejauh ini yang aku dapatkan dari buku ini cukup menjelaskan kenapa sering kali berpikir positif saja tidak cukup di saat sedih dan susah karena perasaan yang sumbernya di jantung di mana ia memompa darah di seluruh tubuh kita yang bagaikan sungai kehidupan harus dipahami dan dipeluk dulu sebelum memaksakan pemahaman kita melalui pikiran yang berpusat di otak. 

Kok bisa? Karena jantung kita 100ribu kali lebih kuat secara elektrik dan 5ribu kali lebih kuat secara magnetik dibanding otak kita (hal. 21).

Sisanya.... Gih baca sendiri...
Aku juga bersyukur diingatkan lagi dengan konsep Ho'oponopono yang sudah cukup lama tidak kupraktekkan:

I love you...

I'm sorry...

Please forgive me...

Thank you...

___

Psikologku yang sekarang, Mbak Dina namanya. Dia bilang aku perlu meneruskan self-love dan self compassion, bukan self pity. 🤍📖💫🌱

Comments

Popular posts from this blog

Laughter is as important as wisdom and courage

Celebrating small moments in healing, gratitude, and growth