Buku "Jalan Pulang"
Sedang membaca #buku "Jalan Pulang" karya jurnalis senior Kompas, Mbak Maria Hartiningsih. Memang beda membaca buku cetak dibandingkan dengan buku elektronik. Sebenarny ada 1 buku lagi yang judulnya mirip dan masih berhutang untuk diselesaikan dibaca, judulnya "Jalan Panjang untuk Pulang" karya Mas Agustinus Wibowo yang mana 3 buku fenomenalnya tentunya sudah kulahap juga:
1. "Titik Nol"
2. "Garis Batas"
3. "Selimut Debu"
Aku baru membaca 20 halaman pertama buku "Jalang Pulang" dan aku merasa dibersamai di dalam diriku yang selalu penuh dengan dialog diri yang reflektif terutama dengan diri-diriku yang belum selesai, termasuk "Isti kecil" yang sering merengek dan "Isti remaja" yang sering diam dan bersedih. Ya, merengek dan bersedih tak ada bedanya memang karena usut punya usut itu yang memang terwariskan ke DNAku.
Awalnya ke toko buku karena mengidam untuk membaca karya Paulo Coelho, apa saja seketemunya, celetuk diriku padaku. Sempat menemukan banyak judul yang menarik karena malamnya juga sudah sempat stalking di toko daring toko buku tersebut. Juga merindukan gaya bahasa Paulo Coelho setelah cukup lama pernah menikmati "The Alchemist" dan "By the Piedra River I Sat and Wept" di saat hidup sangat sulit menemukan alasan untuk dinikmati. Ya, mungkin mirip jamu, kopi, dan sayuran pahit yang kusuka. Aneh ya? Kok bisa dinikmati? Belakangan juga berusaha mengapresiasi proses pengobatan seperti obat pahit dan jarum suntik yang sakit, serta infus yang panjang. Juga medical checkup yang sambung-menyambung. Intinya kok bisa diusahakan dan diupayakan untuk dinikmati? Jawabannya, beragam. Kadang aku memotivasi diri, kadang memejamkan mata dan komat-kamit berdoa, kadang mengingat momen hangat yang menenangkan, dan kadang juga takut serta menangis. Ya, ujung-ujungnya menangis lagi. Tidak apa-apa. Itu toh bagian dari air kehidupan.
Intinya aku senang, awalan buku "Jalan Pulang" dibuka dengan kutipan Rumi yang kuamini dan imani, "It's your road, and yours alone, others may walk it with you, but no one can walk it for you."
Jangan berhenti dan langsung meyakini hanya dengan diceritakan atau diceramahi, alami dulu, jalani dulu, maka akan kau benar-benar ketahui dan pahami.
Comments
Post a Comment